Info Harian Laduni: 05 Oktober 2023

 
Info Harian Laduni: 05 Oktober 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 05 Oktober ini menjadi momentum bagi kita semua merayakan hari kelahiran KH. Zuhri Zaini Paiton dan KH. Ngali Hasyim Lampung. Serta menjadi momentum bagi kita semua untuk mengenang kepergian KH. Abdul Mujib Abbas.

KH. Zuhri Zaini Paiton lahir pada 5 Oktober 1952 di Probolinggo. Beliau merupakan putra kelima dari pasangan KH. Zaini Mun’im dengan Nyai Nafi’ah.

Sejak meninggalnya “Trisula Nurul Jadid”, KH. Abdul Wahid (wafat 2000), KH. Abdul Haq (wafat 2009), dan KH. Nur Chotim (wafat 2013), KH. Zuhri Zaini Paiton mengemban amanah sendirian untuk mengatur manajemen kepesantrenan.

Meskipun disibukkan dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan, Kiai Zuhri masih terus melakukan peningkatan kualitas pembelajaran dan pembinaan santri. Beliau masih memimpin pengajian kitab kuning secara reguler, menjadi imam Shalat Jum’at di Masjid Jami, yang terkadang pula dibantu oleh para putra dan keponakan beliau.

Beliau dikenal oleh banyak kalangan sebagai pengasuh yang lapang dada, yang hampir tak pernah menunjukkan sikap tidak nrimo atas yang dihadapinya seharihari. Hal ini pula yang membuat beliau seringkali menjaga diri untuk tidak berlebihan, menampilkan diri apa adanya. Kesederhanaan dalam bersikap, berpakaian, dan bertutur kata sangatlah tampak dalam diri Kiai Zuhri.

KH Ngali Hasyim adalah kiai kharismatik asal Lampung Tengah, Mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Kholidiyah di Provinsi Lampung. Beliau adalah pendiri pondok pesantren Baitul Mustaqim, Punggur Lampung Tengah Lampung.KH. Ngali Hasyim lahir pada hari Sabtu Wage 5 Oktober 1901, di desa Kelutan, kecamatan Ngrongkot, kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Beliau merupakan putra pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Mbah Hasyim dan Siti Khofiyah.

Pada masa G 30S PKI, suasana yang sangat amat mencekam membuat masyarakat sangat membutuhkan perlindungan para alim ulama, salah satunya KH. Ngali Hasyim. Saat itu, beliau cukup aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan, beliau pernah ditangkap aparat saat memimpin pembacaan Shalawat Nariyah.

Setelah peristiwa itu beliau kembali ke pulau Jawa untuk mencari bekal di Pondok Pesantren Mbaran. Saat itu pondok pesantren Mbaran di asuh oleh KH. Umar Sofyan. Niat awal yang hanya 10 hari menjadi 40 hari. Beliau diminta KH. Umar Sofyan untuk memperdalam ilmu thoriqoh hingga diangkat sebagai mursyid.  Setelah selesai, beliau kembali ke Lampung. Saat itu kegiatan Pesantren dipimpin oleh KH. Abdillah. Setelah wafat, KH Ngali Hasyim menggantikan posisi beliau sekitar tahun 1970 an.

KH. Abdul Mujib Abbas lahir pada hari Jumat tanggal 1 Syawal 1352  H atau bertepatan pada 10 Oktober 1932 M  di Buduran Sidoarjo. Beliau merupakan putra dari pasangan Moh Abbas bin Moh Khozin bin Khoiruddin bin Ghozali bin R. Musthofa (Mbah Jarot), dengan Khodijah, putri dari KH. Mas Ali bin KH. Wahab Tawangsari Sepanjang Sidoarjo.

Tepat pada hari Selasa 5 Oktober 2010 bertepatan dengan 26 Syawal 1431 H, KH. Abdul Mujib pulang ke rahmatullah dalam usia 77 tahun di rumah sakit Graha Amerta Surabaya.

Pesantren adalah medan jihad yang dipilih KH Abdul Mujib Abbas, bukan mengangkat senjata tapi dengan mencurahkan tenaga dan pikiran sebagai wujud pelestarian agama Allah dengan mendidik para santri dengan literatur salaf. Hingga lahirlah generasi-generasi Al Khoziny yang ikhlas, berakhlakul karimah disertai bekal ilmu agama secara utuh dalam mengawal Islam. Paling tidak, lulusan pesantren dapat memberikan kemanfaatan dan pengajaran yang benar tentang esensi Islam.

“Salah satu keberhasilah KH. Abdul Mujib Abbas memimpin Al-Khoziny adalah menjaga nilai tradisional. Kiai Mujib selalu ajek merawat tradisi pesantren sejak awal hingga akhir kepemimpinannya. Ia terlibat langsung dalam pengajian kitab kuning dan selalu mendorong agar pengajian-pengajian serupa dilaksanakan dalam berbagai forum, baik santri senior ataupun putra-putrinya,

Kiai Mujib dikenal sangat istiqamah dalam berjamaah di langgar pesantren bersama santri. Bahkan waktu sakit pun beliau tidak meninggalkan salat berjamaah. Di Al-Khoziny juga menjadi kewajiban bagi seluruh santri untuk ikut berjamaah.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah