H. Thobib Al-Asyhar: Peran dan Tantangan Generasi Milenial

 
H. Thobib Al-Asyhar: Peran dan Tantangan Generasi Milenial
Sumber Gambar: Dr. H. Thobib Al-Asyhar

Laduni.ID, Jakarta – Dr. H. Thobib Al-Asyhar Sekretaris menteri Agama RI mengatakan tantangan milenial yang kita hadapi saat ini, sebagian dari kita belum menyadari secara penuh tantangan tentang apa yang akan kita hadapi dan langkah apa yang harus kita lakukan.

Hal tersebut disampaikan Dr. H. Thobib Al-Asyhar dalam Webinar Readiness of Young Laduni.ID dan Yayasan Dakwah Islam Ahlus Sunnah Waljamaah (YADIA) Generation for Industry 4.0 ke 4 (Kesiapan Generasi Muda menyongsong Industri 4.0), dengan tema “People Management" secara daring melalui Zoom webinar dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube LADUNI ID tanggal 22 Agustus 2021.

Era milenial identik dengan teknologi. Disrupsi teknologi dan perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut respon yang lebih serupa dari generasi di setiap zamannya. Lalu apa yang menjadi peran dan tantangan generasi di era milenial?

Baca Juga: SMRC; Generasi Milenial di Pedesaan Lebih Cenderung Memilih Jokowi

Sekretaris menteri Agama RI tersebut menyampaikan ada empat faktor yang harus diketahui para generasi milenial untuk menghadapi tantangan tersebut diantaranya, Medsos Addiction, Instant Life, Culture Inflitration, dan No Religion, jelasnya.

Tantangan Milenial

1. Medsos Addiction (Kecanduan terhadap Medsos)

Kehidupan medsos hari ini sudah beragam dengan berbagai aplikasi yang digunakan dan barangkali kita tidak seluruhnya memahami tentang aplikasi ini. Ada beberapa aplikasi secara khusus yang digunakan anak anak milenial yang khas,perlu kita merespon.

Ini menjadi fenomena di mana kita perlu merespon lebih baik lagi terkaitanya dengan Medsos Addiction ini.

2. Instant Life (Kehidupan yang Instan)

Semua serba instan baik berupa gaya hidup, simple, pragmatis dan lain-lain yang perlu kita cermati bersama bahwa instan life ini bukan hanya persoalan kehidupan yang bersifat lahir tapi juga bersifat e-matrial.

Baca Juga: Kumpulkan Konglomerat Milenial, Ini Pesan Jokowi

3. Culture Inflitration (Pengaruh budaya idiologi asing melalui banyak media)

Sekarang kita ini seperti hidup ditengah Negara yang tiada batas bahkan ada seorang ahli yang memprediksi bahwa sewaktu waktu Negara tidak terlalu penting, karena kita semua hanya dibatasi secara fisik saja tetapi non fisik kita tidak ada batas sama sekali. Ini menjadi tantangan yang sangat luar biasa ketika dihadapkan oleh nasionalisme, budaya lokal, kekhasan keberagamaan kita yang memiliki kekhasan islam nusantara, memiliki keunikan kultur infiltration, hal ini menjadi tantangan sangat luar biasa oleh karena itu diperlukan kepandaain kita dalam mengemas keunikan-keunikan kekhasan yang kita miliki untuk menjawab berbagaii tantangan tersebut.

4. No Religion (Pengaruh keyakinan dan menyukai agnostik)

Tantangan yang terakhir ini seseorang lebih cenderung senang disebut sebagai agnostik dari pada sebagai seorang  muslim, kristiani, bugis, hindu dan lain lain. Karena ada kecendrungan dimana kehidupan instan mempengaruh terhadap prilaku spiritual mereka dan prilaku keberagamaan mereka.

Sehingga mereka termasuk alergi terhadap aturan aturan yang bersifat formal dalam agama, apalalagi misalnya ada lagi kecendrungan dimana agama di politisasi dijadikan sebagai improv kepentingan kepentingan lalu kemudian dengan agama itu banyak terjadi konflik antara satu dengan yang lain.

Maka kemudian terjadilah apatisme dari kalangan milenial dan pada akhirnya mereka mencari solusi kehidupan spiritual mereka dengan “udahlah agama tidak terlalu penting bagi saya”. 

Baca Juga: Konglomerat Milenial Inginkan ada Kebijakan Kemudahan Investasi di Sektor Stratrup

Selain tantangan milenial Sekretaris Menteri Agama RI itu juga menyampaikan bahwa terdapat lima pekerjaan yang diburu oleh generasi millennia saat ini “Conten Writer, Sofware Developer, Design Grafhic, Fashion dan Food Stylist, dan Vidio Grapher, ujar Thobib Al-Asyhar.

Milenial di Era Digital dan Pandemi

Pertama, literasi digital, jika anak milenial atau generasi sekarang ingin menavigasi dunia maka mau tidak mau kita harus memahami pemahaman literasi digital yang baik. Selama kita tidak mampu dan tidak memiliki keakraban terhadap dunia digital maka kita tidak akan pernah mampu untuk menavigasi dunia ini dan tidak mampu menavigasi terhadap peradapan yang lebih maju akan datang.

Kedua, kecerdasan emosional, bahwa kita dibutuhkan kemampuan dalam beradaptasi “bukan kepintaran yang akan mengantarkan kita akan tetapi kemampuan kita dalam beradaptasi”, sehebat apapun orang namun tidak mampu dalam beradaptasi dia akan ditinggalkan dalam perubahan.

Ketiga, kesabaran, menjadi ajaran pondok yang  dideliver oleh pesantren untuk santr-santrinya dan sangat akrab sekali dengan pendidikan sekustik, sangat penting dalam menghadapi persoalan. Santri juga diajarkan kaitanya dengan ketahanan terhadap menerima ujian yang menjadi kecerdasan ketangguhan. Kecerdasan ketangguhan inilah yang perlu ditanamkan karena supaya anak anak milenial tidak mudah berputus asa lalu kemudian mereka melakukan banyak perbuatan yang bertentangan dengan prinsip prinsip manusia.

Keempat, kreatif dan Inovasi, adalah kemauan untuk berpikir out of the book . inovasi dan kreatifitas menemukan hal hal baru itu penting dan diperlukan kecerdasan yang cukup baik dalam menghadapi soal ini, pungkas . H. Thobib Al-Asyhar Sekretaris menteri Agama RI.
–––––––––
Editor: Nasirudin Latif