Wanita dan Santriwati #4: Kaum Hawa Kota Vs Kaum Hawa Desa

 
Wanita dan Santriwati #4: Kaum Hawa Kota Vs Kaum Hawa Desa

LADUNI.IDI KOLOM- Era globalisasi dewasa ini, keberadaan seorang perempuan terkadang dihantui oleh dilema saat harus memposisikan dirinya sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier di gampong dan wilayah kota mapunpeesaaan. Seperti kita maklumibersama bahwa seorang wanita di perkotaan bisa saja melakukan kedua duanya secara bersamaan karena kedua duanya merupakan hal yang penting, dan tidak dapat salah satu diabaikan.

Kehidupan kota memberikan peluang kepada santriwati untuk berkiprah di berbagai bidang kehidupan, banyak bidang pekerjaan yang dapat ditekuni, selain modal pendidikan, keterampilan dan pengetahuan adalah kemauan, tersedianya lapangan kerja tampa dibarengi oleh kemauan yang keras, ketekunan, tanggung jawab, disiplin tentunya santriwati akan terhempas kepada kondisi yang tidak diharapkan.

Kita lihat wanita yang bekerja di salon kecantikan, pekerjaan tersebut adalah produktif, dia juga di rumah di bebani untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, memikirkan anaknya yang di tinggal harus makan, harus sekolah, bagaimana keamanannya dan lainnya Anak anaknya di rumah ada yang di asuh oleh neneknya, saudaranya, yang mengkhawatirkan adalah yang di titipkan untuk diasuh oleh tetangga, hal ini tidak jarang mengganggu konsentrasi wanita dalam melakukan pekerjaan yang produktif.

Sedangkan wanita yang datang ke salan untuk merawat kecantikannya adalah pekerjaan yang non produktif, wanita tersebut melakukan perawatan dengan tenang, tampa beban, tidak memikirkan banyak hal apakah pekerjaan di rumah maupun pekerjaan lainnya. Hal ini dilakukan perempuan umumnya si selal sela mengantar dan menjemput anaknya sekolah. (Pujiwati, Peranan wanita Dalam Perkembangan Masyarakat...,)         

Kecenderungan kehidupan wanita di kota banyak melakukan pekerjaan yang non produktif karena memang ada kegiatan kegiatan non produktuif yang sudaj menjadi kebutuhan tertentu, misalnya : selain merawat kecantikannya di salan, nangkring di cafe, belanja ke maal, nonton bioskop dan lainnya yang banyak dilakukan oleh wanita kota baik muda ataupun tua atau dilakukan oleh semua umur dari semua kalangan. Karena untuk melakukan kegiatan yang non produktif tidak meliat status dan umur, mereka melakukan itu karena punya waktu, punya peluang, punya kesempatan dan punya uang.

 Dengan demikian maka wanita kota cenderung melakukan pekerjaan yang produktif dan yang non produktif menjadi suatu kegiatan yang kedua duanya harus dilakukan. Misal mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai adalah produktif, wanita tersebut mempunyai hobi memelihara tanaman, pekerjaan ini harus dilakukan kedua duanya secara seimbang karena kalau salah satu terabaikan maka akan menjadi masalalah, tanaman menjadi tidak terawat, tidak indah dan mati, begitu juga sebagai pegawai dia juga akan disibukkan oleh pekerjaannya yang tidak jarang harus dilakukan di rumah. Sedangkan perkerjaan domestik yang harus menjadi tanggung jawabnya tidak pernah sama sekali dia sentuh, karena merasa bukan tugasnya, urusan domestik adalah urusan rumah tangga.( Mead Herbert, 1965)

Berdasarkan penjelasan di atas, peranan santriwati dapat diartikan bahwa sebagai wanita mempunyai amanah yang sangat luas dalam masyarakat (diluar rumah), dan kehidupan santriwati saat ini di tuntut berperan dalam berbagai sector kehidupan dan santriwati dapat dengan leluasa melakukan kegiatan di luar rumah baik dalam pekerjaan yang produktif maupun yang non produktif. Kegiatan yang produktif adalah kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang. Sedangkan kegiatan yang non produktif adalah kegiatan kegiatan yang tidak menghasilkan uang. Tetapi tentunya dalam kehidupan wanita saat ini kedua duanya dilakukan oleh hampir semua wanita terutama mereka yang ada di perkotaan.

Beranjak dari kupasan diatas, hendaknya kita sebagai seorang santriwati di samping sebagai calon ibu kelak untuk anaknya dan istri sebagai pedamping suami tentu saja tidak boleh lupa bahwa peranan seorang ibu yang mengayomi dan mendidik anaknya lebih mulia, mereka itulah sebagai sosok pahlawan tanpa jasa dalam membentuk  dan mentarbiyahkan generasi penerus yang sukses dan , keberhasilan, maju dan suksesnya dalam membangun mahligai negeri terkecil yang bernamam rumah tangga dan negeri terbesar berupa negara ini juga berada di tangan sosok santriwati yang berposisi ganda ibu dan suami. Hendaknya saat dunia ini gencarnya arus globalisasi, maka para santriwatipun harus hadir untuk menjawabnya dengan mendidik dan mengayomi sang penerus bangsa menuju hari esok yang lebih baik di bawah bimbingan dan pandangan rahman dan rahim-Nya. Semoga…!!!

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, penggiat Literasi asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.