Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono III

 
Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono III

Daftar Isi Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono III

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat
2.    Perjalanan Hidup Sultan Hamengku Buwono III
3.    Referensi
 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Sri Sultan Hamengku Buwono III lahir di Yogyakarta pada tanggal 20 Februari 1769. Beliau adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono II dengan GKR (Gusti Kanjeng Ratu) Kedhaton. Nama Asli beliau adalah GRM (Gusti Raden Mas) Surojo.

1.2 Riwayat Keluarga
Dari hasil pernikahan nya Sri Sultan Hamengku Buwono III dikaruniai sebelas orang putra dan dua orang putri, yaitu :

  1. Bendara Raden Mas Mustahar atau Bendara Raden Mas Antawirya bergelar Bendara Pangeran Harya Dipanegara atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro beliau adalah Pahlawan Nasional RI.
  2. Bendara Raden Mas Samawijaya bergelar Bendara Pangeran Harya Hadinegara. Beliau  membantu Pangeran Diponegoro sebagai Patih.
  3. Bendara Pangeran Harya Surya Brangta bergelar Bendara Pangeran Harya Purbadiningrat.
  4. Bendara Raden Mas Ambiya bergelar Bendara Pangeran Harya Hadisurya.
  5. Bendara Pangeran Harya Hadisurya II bergelar Pangeran Ngah'Abdu'l Rahim.
  6. Bendara Pangeran Harya Suryawijaya
  7. Bendara Raden Mas Gerantul bergelar Bendara Pangeran Harya Natabrata dan Bendara Pangeran Harya Suryadipura. Beliau  dibuang ke Ternate tahun 1849.
  8. Bendara Pangeran Harya Suryadipura II.  Beliau juga  ikut dalam pemberontakan Pangeran Diponegoro.
  9. Gusti Raden Mas Ibnu Jarot , naik takhta sebagai Hamengku Buwana IV.
  10. Bendara Pangeran Harya Suryadi
  11. Bendara Pangeran Harya Tepasana
  12. Bendara Raden Ajeng Murtinah. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Dhanudiningrat, cucu Hamengkubuwana I dari pihak ibu.
  13. Bendara Raden Ayu Wiranegara. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Wiranegara, putra Raden Tumenggung Jayaningrat, Bupati Rename.

1.3 Wafat
Sri Sultan Hamengku Buwono III meninggal dunia pada 3 November 1814, dan dimakamkan di Astana Kasuwargan, Pajimatan Imogiri.

2.  Perjalanan Hidup Sri Sultan Hamengku Buwono III
Sultan Hamengkubuwono III adalah sultan ketiga dan kelima Kesultanan Yogyakarta. Beliau sempat dua kali naik tahta. Naik tahta untuk pertama kalinya pada periode pertama pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II, dan naik tahta lagi setelah Sultan Hamengkubuwono II diasingkan oleh pemerintahan Inggris. Sejak itu, Sultan Hamengkubuwono III memegang tahta Kesultanan Yogyakarta yang kemudian digantikan oleh keturunannya.

Di masa pemerintahan ayahnya, beliau menjabat sebagai putra mahkota Kesultanan Yogyakarta. Karena itu, ketika terjadi permusuhan antara ayahnya dengan VOC. di bawah komando Daendels, beliau kemudian diangkat oleh VOC sebagai sultan ketiga menggantikan ayahnya yang diturunkan secara paksa lantaran melawan VOC. Namun, Sultan Hamengkubuwono III hanya memimpin selama satu tahun. Setahun berikutnya, tepatnya pertengahan 1812, beliau untuk kedua kalinya diangkat oleh pemerintah Inggris di bawah komando Raffles sebagai sultan kelima Kesultanan Yogyakarta menggantikan Sultan Hamengkubuwono II (untuk kedua kalinya) yang diasingkan ke Penang oleh Raffles.

Masa pemerintahan periode kedua Sultan Hamengkubuwono III juga tidak lama. beliau hanya berkuasa selama dua tahun. Sebab, pada tahun 1814, Sultan Hamengkubuwono III menghembuskan napas terakhirnya. Oleh karena itu, posisi beliau waktu itu digantikan oleh putranya GRM (Gusti Raden Mas) Ibnu Jarot yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono IV. Waktu diangkat menggantikan ayahnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IV masih kanak-kanak. Sebenarnya, Sultan Hamengkubuwono IV adalah putra kedua. Adapun putra pertamanya adalah lahir dari seorang selir yang bernama Bendara Raden Mas Antawirya atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro.

Kesultanan Yogyakarta di bawah pemerintahan Sultan Hamengkubuwono III praktis tidak mengalami perubahan. Sebab, meskipun Sultan Hamengkubuwono III memerintah sebanyak dua kali, namun masa pemerintahannya berlangsung sangat singkat. Periode pertama hanya berlangsung selama setahun dan periode kedua dua tahun. Nah, totalnya, Sultan Hamengkubuwono III memerintah hanya selama tiga tahun (dalam dua periode). Dalam waktu yang singkat itu, Sultan Hamengkubuwono III tidak berbuat banyak untuk Kesultanan Yogyakarta. Karena, waktu itu, Kesultanan dihadapkan pada kondisi perseteruan antara Belanda dan Inggris.

Pada masa pemerintahan ayahnya, terjadi permusuhan antara Sri Sultan Hamengkubuwono II dengan Raffles. Permusuhan itu kemudian berujung pada peperangan. Pertempuran terjadi di Keraton Yogyakarta dan Raffles berhasil mengalahkan Sri Sultan Hamengkubuwono II dan mengasingkannya ke Penang. Kemudian, Raffles mengangkat Sri Sultan Hamengkubuwono III sebagai penggantinya. Karena itu, pemerintahan Sultan Hamengkubuwono III dihadapkan pada konsekuensi logis dari perang yang berlangsung antara ayah beliau dan Raffles. Konsekuensi dari perang itu kemudian ditanggung oleh Sultan Hamengkubuwono III yang menjabat hanya selama tiga tahun.

Tiga konsekuensi dari Inggris yang diterima oleh Sri Sultan Hamengku Buwono III yaitu:

Pertama, beberapa wilayah kekuasaan Yogyakarta harus diserahkan kepada Inggris dan mengganti kerugian sebesar 100.000 real setiap tahunnya. Adapun wilayah-wilayah itu, antara lain daerah Kedu, separuh Pacitan, Japan, Jipang, dan Grobogan.

Kedua, pada masa Sultan Hamengkubuwono II, angkatan militer Yogyakarta sangat besar melebihi angkatan militer VOC di tanah Jawa. Karena itu, sebagai konsekuensi dari perang, Inggris kemudian memperkecil angkatan perang Yogyakarta dan hanya menempatkan beberapa orang keamanan saja di keraton.

Ketiga, sebagian daerah kekuasaan keraton harus diserahkan kepada Pangeran Natakusuma yang diangkat menjadi Pakualam I oleh Raffles.

Meskipun posisi pemerintahannya dalam tekanan pihak VOC dan Inggris, Sri Sultan Hamengku Buwono III selalu berusaha untuk mengayomi masyarakat Yogyakarta seperti yang sudah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu beliau.

3.  Referensi

  1. Moertono, Soemarsaid. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau Studi tentang Masa Mataram II Abad XVI Sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  2. Sabdacarakatama, Ki. 2008. Sejarah Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Narasi.
  3. Abimanyu, Soetjipto. 2015. Kisah Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta: Saufa.
  4. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  5. Soekanto, Dr.. 1952. Sekitar Jogjakarta. Djakarta: Mahabarata