Bahaya Propaganda Medsos : Larangan di Hari Lebaran

 
Bahaya Propaganda Medsos : Larangan di Hari Lebaran

LADUNI.ID - Bangun sahur, saya sudah disibukkan untuk menanggapi postingan seseorang di salah satu WAG. Postingan copy-paste itu menyebutkan bahwa ucapan kita di hari lebaran selama ini yakni "Selamat Hari Raya Idul Fitri Minal Aidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin" itu tidak sesuai dengan sunnah Rasul, jadi salah besar dan keliru. Yang benar menurut postingan tersebut adalah ucapan "taqabbalallahu minna waminkum."

Kali ini saya akan mengulas perihal "propaganda". Ia bisa positif dan bisa negatif. Propaganda itu sejenis ajakan tapi dengan penekanan, strategi, dan tujuan khusus. Jika ia bersifat negatif, sebenarnya levelnya masih di bawah hoaks, tapi dampaknya bisa lebih parah.

Kita mulai dengan tujuannya dulu. Tujuan umum penyebaran propaganda adalah menanamkan keyakinan atau pemahaman tertentu. Tujuan yang tersurat dalam contoh kasus di atas adalah menunjukkan adanya kesalahan tertentu, meskipun saya cek hadits yang diajukan tidak terlalu kuat, apalagi ada tambahan kalimat tertentu dari pembuat pesan yang memang bukan redaksi hadits. Sementara tujuan tersiratnya adalah menanamkan ajaran atau paham atau pengaruh baru dan meninggalkan tuntunan/tradisi lama.

Strategi yang diterapkan dalam kasus propagamda di atas adalah mengutip pendapat tokoh pupuler dan disertai bukti2 yang seakan meyakinkan. Jika pendapat itu tdk dari tokoh tertentu atau buktinya palsu maka dipastikan itu hoaks. Tapi jika tokoh dan bukti yang disertakan itu benar adanya maka seperti itulah propaganda.

Penekanannya secara lebih teknis, kalau berkaitan dengan konten naratif bisa diamati pertama tama dari judul yang memuat kata yang bombastis seperti "mengagumkan", "merinding", "subhanallah", "awas", "waspada", dan sejenisnya. Kata-kata ini juga umum dalam postingan video youtube yang ingin viral.

Berikutnya, ciri-ciri dari konten propaganda mirip dengan konten hoaks pada umumnya, seperti:

1. Memakai managemen tipografi tertentu, seperti penempatan huruf besar atau huruf tebal dan miring pada bagian-bagian yang ingin mendapatkan penekanan. Ciri-ciri tipografi inilah paling mudah dikenali. Tentu penempatan huruf besar/kecil/tebal/miring ini tidak mengikuti kaidah bahasa yag benar sbgmana kita pelajari di sekolah.
2. Menanamkan pengaruh tertentu disertai dengan kalimat-kalimat yang bernada menakut-nakuti atau mengancam atau mengungkapkan kekhawatiran.
3. Pada ujungnya konten propaganda ingin menanamkan pengaruh tertentu.

Wallahu a'lam.

Semoga puasa dan zakat fitrah kita diterima oleh Allah (taqabbalallahu minna waminkum) sehingga kita termasuk bagian orang yang kembali ke fitrah atau kembali suci (minal aidin) dan termasuk bagian dari orang-orang yang menang (wal faizin); yakni menang melawan hawa nafsu.

Puasa sebulan penuh kita lanjutkan dengan mudik silaturrahim dan saling maaf-memaafkan dg sesama manusia. Tradisi mudik, silaturrahim lebaran, maaf-memaafkan, bahkan istilah halal bihalal ini belum tentu ada di Arab sana, tapi apa iya yang tidak ada di Arab berarti dilarang dalam Islam? Apakah libur lebaran hanya untuk hura-hura dan rekresi. Tidak. Tradisi yang baik berupa silaturrahmi dan saling memaafkan malah harus ditularkan ke dunia Muslim.

Oleh: A Khoirul Anam